Sabtu, 15 Juni 2019

Melatih kecerdasan emosional part 3

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah masuk hari ketiga,
Masih tentang melatih kecerdasan emosional.
Bagi saya pribadi hari ini adalah hari yang luar biasa membuat saya belajar tentang pentingnya menyaring kata2 dan memahami kemauan  anak.

Selepas pulang kerja seperti biasa, saya ajak Kk ufa untuk menceritakan kejadian seharian yang dialami. Kebetulan hari ini saya dan suami harus masuk kerja padahal hari Sabtu, karena hari pengganti salah satu libur panjangplebaran kemarin. Nah berbarengan dengan adanya undangan ulang tahun temannya. Sebenarnya dari umur setahun kami tidak pernah mengajari untuk merayakan ultah, tapi seiring waktu dari video kartun kesukaannya dan undangan temannya dy jadi tau apa itu ultah😅. Berceritalah dy panjang lebar tentang suasana ultah temannya itu dari dy pakai baju bagus, dapat kue, makan mie, dan memberikan kado yang sudah saya persiapkan sepulang kerja kemarin.

Drama tantrum Kk ufa pun dimulai ketika saya dan suami makan malam bersama. Sebenarnya dy juga ikutan makan mie, tapi maunya di depan TV. Karena tempatnya kurang luas, jadi saya dan suami makan di ruang tamu. Tiba2 dy marah dan saya ga boleh makan, "Bunda jangan makan bareng2!", Sambil menyingkirkan makanan saya. " Lah kenapa nak?kan bunda lapar?tadi bunda ajak makan bareng disini g mau?", Tanya saya, sempat tarik2kan tempat makan😅. " Pokoknya g boleh, g boleh makan", tandasnya. Akhirnya ayahnya ikut bertanya alasan si Kk melarang bundanya makan kenapa, tp dy kekeuh g mau bilang. Akhirnya saya temani dy nonton TV, setelah agak reda marahnya. "Ufa, kenapa nak marah2?", tanya saya. "Ufa mau disuapin bunda, jawabnya lirih. "Oooh, bilang dong, jadi bunda tau maunya Kk ufa", sambil saya ambil mie dan menyuapinya. Seledri menyuapi baru saya lanjut makan malam.

Setelah adzan isya, ayahnya harus berangkat jamaah ke masjid. Nah sementara saya menemani Kk ufa di rumah, ada saja hal2 yang membuat saya emosi. Dari corat-coret muka dan bajunya dengan stabilo, loncat2an di kasur depan TV (kebetulan perut saya sedang agak kontraksi, jadi pingin istirahat), sampai merengek minta gendong. Sebenarnya permintaannya wajar karena mungkin dy kangen sama bundanya seharian, tapi karena kondisi saya kurang fit jadi bawaannya "spaneng". Setelah semua saya turuti, dy masih rewel dan nangis padahal saya harus sholat. Karena sudah lelah jd saya biarkan dy nangis, saya lanjut sholat kemudian istirahat di kamar karena dengar ayahnya datang.

Tiba2 seperti biasa dy loncat2an lagi di kasur kamar, sampai saya g bisa istirahat. "Nak, bunda perutnya sakit, dd bayi di perut pingin istirahat, ufa pergi dulu ke ayah ya...". Nah kata yang dy garis bawahi adalah "pergi". Akhirnya bukannya dy yang keluar kamar, malah saya yang dipaksa keluar kamar. "Bunda pergi, pergi keluar ufa maunya sama ayah g mau sama bunda lagi", teriaknya. Walaupun ayahnya ikut memberikan penjelasan, tetap saja dy kekeuh. Akhirnya saya mengalah keluar kamar, sambil merenung pilihan kata dan intonasi saya ke dy mungkin terlalu berlebihan.

Selang 5 menit, tiba2 Kk ufa keluar kamar sambil minta maaf ke saya. "Maaf ya bunda, kl ufa marah2, bunda temenin ufa bobo masuk kamar yukkk", ajaknya sambil pasang muka sedih. "Ya Uda, kl gitu peluk sama sayangsbunda dong nak", pinta saya. Akhirnya dy menyeruak ke pelukan saya. Sebelum dy tertidur, seperti biasa saya sounding dengan nasehat dan kata2 positif. " Nak, bunda minta maaf juga ya tadi bilang pergi ke Kk ufa, nanti kl ufa marah bilangnya jangan pergi ya...tapi minta peluk bunda", rayu saya. " Pergi...pergi...pergi....", Ucapnya bercanda sambil senyam-senyum. "Pelukk...pelukkk... pelukkk...", Kata saya sambil gemas menggelitik dy. "Trus, kalau menulis itu di kertas ya...kan bunda ud berkali2 mengajari, kalau di muka sama baju kan jadi kotor semua...", tambah saya. "Tapi kan ufa bikin cincin di tangan, trus pingin tulis di baju", kilahnya. "Ufa kan anak Sholihah, anak Sholihah kalau nulis di kertas sayang, kan nanti kasihan bundanya nyucinya susah", jawab saya. "Oh, kasian bunda ya, iya bundaaaa", katanya.

Tentu saja moment berbaikan setelah melewati emosi, bagi saya hal yang sangat mengharukan. Terlebih lagi, kebiasaan minta maaf yang saya ajarkan ke Kk Ufa sudah mulai dipraktekkan dengan baik😍😘.



#hari3
#gamelevel3
#tantangan10hari
#myfamilymyteam
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Kongres Ibu Pembaharu 2

 Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, masih sempat untuk submit tugas Kongres, mengingat jurnal sebelumnya belum submit, walaupun terlam...